sedikit berbagi :*
FIVEGONOMETRI
Bicara matematika, saya langsung
mengingat cita-cita saya untuk menemukan sebuah rumus yang tak kalah dengan 29
rumus utama dari trigonometri. Ya mungkin saya akan menemukan Fourgonometri
atau Fivegonometri.
Sebenarnya
banyak materi matematika, tidak hanya trigonometri. Ada Al-jabar, persamaan
kuadrat, logaritma, limits, integral, persamaan garis singgung lingkaran, dan
masih banyak. Tapi yang paling mengena di hati adalah trigonometri yang
sebentar lagi akan saya gantikan dengan fivegonometri. Haha.
Mengenal
Trigonometri berawal saat saya duduk di kelas
1 SMA. Awalnya memang mudah dan menyenangkan, mengingat guru yang
lumayan pelit dalam memberi nilai. Sebenarnya guru matematika itu aneh dan
memiliki karakter yang berbeda-beda. Guru SMP saya yang berinisial RM, bapak
guru yang terkenal galak dan keras.
Tidak mengerjakan PR sama dengan mati. Menyontek pada saat ulangan sama dengan
masuk neraka. Selain RM, ada juga Bu RN, sabarnya minta ampun. Setiap masuk
kelas langsung latihan soal. Yah namanya guru yang baik hati, selalu memberi
sarapan pagi yang bikin otak panas.
Setelah
beranjak ke kelas 1 SMA saya menemukan dua sosok guru yang mengenalkan pada
saya tentang logaritma dan persamaan kuadrat, sebut saja Pak PT dan Bu YL. Pak
PT adalah guru yang mengajarkan matematika tidak secara to the point,
memutar-mutarkan pikiran siswa ke segala arah dan duduk perkara. Bu YL guru
matematika tergaul, tomboi pula. Guru ini terkenal karena gaya bicaranya asal
ceplos tidak pandang bulu. Setahun belajar matematika, dan akhirnya beranjak ke
kelas 2 SMA, disini saya menemukan sosok guru yang senyumnya semakin lebar
berarti soal akan semakin sulit untuk di kerjakan. Bu Tanti. Materi pertama
yang diberikan adalah TRIGONOMETRI.. Kedengarannya seperti sebuah kata sandi
untuk membuka pintu surga dunia.
‘Ya
Cuma sedikit rumusnya, dihafalkan ya.’ Sambil tersenyum lebar.
Sejak saat itu
saya membenci senyuman Bu Tanti. Ulangan pertama trigonometri mendapat 25. Ya
nilai yang cukup memalukan.
‘Kalau
masuk ipa ya harus bisa trigonometri..’ Senyumnya mengembang.
Sejak saat itu juga
,saya semakin membenci senyumnya yang dipanggil sebagai “Death Smile”.
‘Ya
mudah kok, matematika itu paling mudah. Itu soalnya selesai tiga baris saja.’
Senyumnya semakin mempesona.
Sejak saat itu
pula saya ingin menciptakan fivegonometri. Lebar senyum Bu Tanti berbanding
lurus dengan tingkat kerumitan jawaban soal. Terutama trigonometri. Sebelum Bu
Tanti masuk kelas saya dan 2 teman saya berada diluar kelas dan tidak lupa
untuk berkata berkata ‘I love you Bu..’. Berharap senyumnya tidak semakin
lebar.
Tapi
sesulit apapun matematika, saya tetap cinta matematika, cinta guru matematika,
dan sangat mencintai trigonometri.
Komentar
Posting Komentar